Rabu, 10 November 2010
ALOR PUISI KU
Batasan jiwa luruh
Alangkah indah
Jiwa bersua dalam katup.
Jangan minta pada hidup
Senyap bumi dialam kelam
Rerumputan bersenandung ria
Dalam kosmik hidup
Seni bertutur di jiwa
Detik bersabda dalam kata
Lahirkan makna merubah sulbi
Ini pujian dari pelepah yang patah
Puisi buatku adalah bunda
Bersua hingga tak selesai ku baca
Dari ujung jiwaku
Hayat tak melepas meski di hunus panah
Lewat mantra-mantra
Anak gading yang kupinang
Darah yang basahi bumi
Hidup ini kers anakku
Datanglah kepadaku
Dalam dentuman dan tetabuahan moko
Akan ku jamah kau
Lewat syair lewo ro piring sina
Lego-lego adalah jiwamu
Panah yang terlepas
Adalah madah tentang kita
Satukan hati kita berkisah
Ini negeri seribu moko
Dalam peluh rancangan tuhan
Senyum meretas bumi nan hijau
Kita berkilah atas nama nusa kenari
Buat Pemimpin-Pemimpin Negeri Kenari
Kalabahi serasa pekat
Moko terdiam bisu
Duka terpatok pilu
Hanya segelintir senyuman
Hidup di tanah ini
Menjadikan ku penyair pinggir
Lahir dari luruh
Kata yang menimang luka
Puisi adalah duka
Merobek hati
Mata menjadi darah
Dari telinga mendengar
Pasti ingin mati
Doanya pada Tuhan
Kalabahi
Negeri penipu dalam dongen
Dihuni suanggi
Duduki kursi tuhan
Kaum dekil tak dilihat
Bahkan di lirik sedikit saja
Penyair adalah kata
Dengan alunan rima
Lautpun akan menggelora
Bumi mentalak mega
Malaikat mencumbu iblis
Lahirkan tuhan
Membuat nista
Pada Tuhan
Bersumpalah dia tuhan
Pada kitab-kitab
Kaum terasing mengusung dengan suara
Bahkan tangisan bercampur peluh
Hidup di negeri ini
Ibarat palung ketololan
Pemimpin nuraninya digadaikan
Rakyat menderita
Di negeri ini
Rakyat di jadikan jagung titi
Diambil dan di titi
Diambil dan ditelan
Sedangkan………………….
tuhan kita lelap dalam keranjang nista
bercumbu dari peluh si miskin
hati dan lidah penuh dengan ketamakan
hidup di negeri ini
menjadikan penyair pemberontak
tuhan – tuhan disini
hanyalah herder
mengejar tulang atas nama iman
biar kenyang seperti perut yang bunting
dari rantau
aku penyair membawa kafan
lambang dari duka
Selasa, 26 Oktober 2010
KATA
menimang desah pada tangisan hampa
walau hidup seperti lautan
yang menjulang
penyair adalah bunda dari segala duka
di tanah karang
mengukir puisi diatas cendana
adakah gelisah
membawa lagu peluh
menghujam kata
Senin, 05 Juli 2010
NASIB ANAK NTT
Seberapa besar peran pemerintah dan masyarakat agar bisa menggalakan semua ini. ataukah kita hanya acu tak acu saja.bicara masalah anak, NTT merupakan satu dari propinsi di Indonesia yang mau dibilang propinsi dengan berbagai masalah anak.misalnya masalah kekerasan seksual, masalah anak berkebutuhan khusus dan masih banyak sekali masalah yang menggeluti propinsi ini.
sejenak coba kita lihat masalah anak yang berkebutuhan kusus, seperti Tuna rungu, tunawicara, tunagrahita, indigo dan autis, apakah ada tempat kusus buat mareka semua yang membutuhkan ? itu merupakan sebuah pertanyaan yang perlu kita jawab dalanm nurani kita.misalnya seperti gambar diatas ada tidak sekolah-sekolah seperti itu di propinsi kita ?
Kamis, 03 Juni 2010
SEPUCUK DOA
Pemberi nafas pada setiap insan yang memiliki asa
Asalamuallaikum ya Rabby pemberi cinta
Menyelinap asa ku di setiap munajatku padaMu
Tiada rasa selain ingin bersanding padaMu
Berharap dalam temaram istal ilahi Mu
Memuja Mu atas nama cinta yang meramu
Ya ilahi tuntunlah hambaMu
Dalam sujud terkhirku ingin ku utarakan secuil harapan
Meski tak selesai ku lafalkan untukmu
Ya ilahi setiap raka’at yang telah terlewati
Adalah pintaku untuk Mu
Berilah aku nafas dari nafas iman
Jaga aku dari ketakwaanku
Tataplah aku setiap aku menghentakan kaki
Di dalam setiap pengembaraanku menjadi khalifah
Ya ilahi berawal dalam Basmallah
Tlah ku senandungkan pikiran dalam mimpi-mimpiku untuk Mu
Setiap desis dan desahan nafas di dunia adalah pada Mu
Berakir pada salam akhir tak ada kata
Selain kabulkankanlah
Amin ya Rabbal alamin
SENDU
Penuh dengan senyuman yang mungkin menyisakan kalbu
Aku seolah masih mengingat kemarin
Ketika aku menginjakan kaki ditempat itu
Banyak suka maupun duka
Yang betul-betul terlukis
Dalam sulbi
Dinding-dinding dan ubin-ubin itu menjadi saksi
AkaN perjalan cinta sang nabi
Peluh
Keluh dan sesal
Selalu saja menjadi lantunan irama
Mengahntar perjalanannya
Tubuhnya terkadang harus menjadi budak
Dalam setiap detik ia selalu berharap
Tirisan air mata berlinang
Mengcup pipinya
Mengingat untaian-untaian kata saat ia telelap
Anakku kau adalah cita-citaku
Kau adalah harapan ku
Kata-kata itulah yang terngiang dalm fikirnya
Jujur kusadari semua itu
Meski engkau menyembunyikan pilu
Memberi senyuman meski pahit rasanya
Kau selalu tawa dalam keheningan hati yang sakit
Mengganti tawa bunda dalam sosok keceriaanmu
Terkadang membuat semua bahagia
Karena kau sosok bunda yang terbaik
Dari paras hingga keseluruh jiwamu
Kaulah detik yang sempurna
Menjadi penuntun bunda
Mata bathin dari pekatnya bunda
Engkau seperti mawar yang mewangikan taman
Meski begitu bayak deduri yang tertancap di tubuhmu
Kau selalu melahirkan kebahagiaan
Terkadang…….
Membat jiwaku bergetar
Menangis tapi tak bisa meneteskankan air mata
Desahan tutur jiwaku
Ingin bersabda dalam keagungan insan
Kau adalah malaikat
Dari setiap tuturmu adalah karunia
Yang membawa senyuman
Disetiap sudut remang
Pedihnya nestapa hatimu
Rabu, 02 Juni 2010
perjalanan cinta
celah hati pun terbuka kembali untuk menyambutnya,
hati ku menari2 riang sambil mendendagkan lg cinta
Bagaikn kupu2 di tamn yg hinggp
pd bunga nan indah dgn madunya yg sngt mnis,,,,,,,
Tp semuanya hnya sekejp ……
Bagaikn menggenggm butiran pasir halus
, tak selmnya bs kurskn kebahgiann itu
aku hrs selalu kehilng...Dia…Dia…
Pujaan yg kudambakn selama ini
saat aku berjaln menelusuri samudra dan lautan luas membuat diriku semkn kokoh dan sbr menjelajahinya cerita cintaku
Untuk menemukan kembali sang Pangeran Hati…..
Yang setia menemaniku selalu
Selamany setia sehidup semati……
BY ENDAH PRAWITA
yang ada dibalik angan
Kelak akan tiba waktunya.....
Dia terjelma dalam alir darah dan desahan nafas
Menyatu di dalam realitas tanpa syarat
Untuk meyatakan bahwa Aku dan Engkau
Disini telah berubah menjadi Kita
Ruamg kosong di jari ku dan jarimu
Telah tiada karena telah terisi oleh jariku dan jarimu
Beradu dalam sentuhan dan apitan
Dan dalam keheningan itu
Sepasang insan akan saling berucap
Inilah 2 hati dalam 2 denyutan
By ENDAH PRAWITA/RRD
Disertai kekecewaan namun bukanlah sebuah karya dari penghianatan
Derasnya ombak menghantam kapal 'kami'
Terombang ambing, menjadi separuh kisah 'kami'
Karena cinta tak mungkin lepas dari sebuah kenyataan
Dan menyatu tak mungkin jauh dari rintangan
Merobek hati ini, menjalaninya dengan indahnya mengikat jiwa
Aku mencintainya
Aku mencintainya
Aku mencintainya dengan sepenuh jiwa
Begitupun dia
Dan..
Dua tebing, curam dan terjal menghadang di belakang dan hadapan
Aku pilu, mengapa mesti terjadi pada harapan cinta dua insan
Sehingga tangis selalu menemaninya
Dan ego selalu menemaniku
Berdo'a pada Tuhan sebuah pasti, sebuah kewajiban
"Aku memohon, jangan pisahkan"
"Aku memohon, cinta ini disatukan"
Aku tak sanggup untuk melanjutkan
Aku berusaha sabar untuk merelakan
Kisah ini berhenti sampai di sini
Hening...
By ENDAH PRAWITA/AMKA
kegelisahan
Tak elok dipandang
Karena ukiran indah dibibir telah hilang
Pudar akan kegelisahan
Entah kemana pergi dan kapan kembali
Pertanyaan buatku…..????
Teka-Teki buat diriku
Ataukah rahasia yang tertimbun dalam-dalam dihati
Beban kah itu ……???
Selalu muncul pertanyaan di hati kapankah terjawab
Semuanya kupasrahkan biarkanlah waktu yang menjawabnya
Keceriaan tak ada lagi…….
Tak kan ada hari2 indah tercatat dalam cerita hidupku
Yang tercatat hanyalah kepalsuan
Bahagia di wajah tapi tak bahagia di hati
Semuanya hanyalah keterpaksaan….
Kapan semunya berakhir
Aku rindu akan Kebenaran
Tanpa kebohongan dan kepalsuan
BY ENDAH PRAWITA
kerinduan
Terarungi aku terbawa oleh waktu
Kubiarkan mengalir dalam detakan jantungku
Hari demi hari terhitung dipikiranku
Menunggu saat – saat indah datang menghampiriku
Saat sang fajar membangunkanku
Aku ingin….
Saat mata ini ter bangun dalam lelapnya tidur
Melihat Dewa kebahagiaan……
Berjumpa dengan sosok yang sangat kurindukan…..
Akan selalu kutunggu
Dan kutunggu…….
Akan kubuat hari berlalu dengan cepat
Akanku lelapkan mataku dengan cepat
Agar tak terasa aku kan sampai pada
Hari penantian ntuk berjumpa dengan
Orang-orang terkasih
BY ENDAH PRAWITA / DHS
SABDA BANGSA
YANG TERHORMAT BAPAK DAN IBU BIROKRASI DI NEGERI INI
ATAS NAMA RAKYAT DAN PELUH MAREKA
BERTOBATLAH
JANGAN MENGAGGUNGKAN DUNIA MENGGADAI NURANI
MENGANGKAT TANGAN SERAYA BERSUMPA PADA SUMPAH SERAPAH
SURAT TAGIHAN
YANG TERHORMAT BUAT BAPAK IBU KPK
JANGAN LUPA AKAN SUMPAH KALIAN
MENGUAK TABIR KORUPTOR
MEMBASMI OKNUM KORUPTOR
DAN JANGAN SESEKALI ANDA MENJADI KORUPTOR
ATAS NAMA RAKYA AKAN
KU JADIKAN KALIAN MENJADI TIKUS
SURAT BUAT PEMIMPIN BANGSA
...................................
...................................
.................................
.....................................
MAAF BILA DIAWAL KATA
HANYA SEBAIT TITIK
KARENA DALAM NEGERI INI BERASAL DARI TANDA TANYA
DIMANA SEMUA KELUH DAN BAHAGIA ADA
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
ATAS NAMA BANGSA AKU LAHIR DAN BERSABDA DALAM PUISI
DALAM PILUNYA NEGERI INI.
NEGERI PEMIMPI
keluh gulana menimang waktu
mengukir segurat piluh akan wajah dalam wejangan negeri
doa angin menyibak kemilau pada kemuning raut duka
hanyut pasung sumpa serapah
lumrah pada peluh tetesan berdarah
mengupas tabir dalam tameng muna
lahirkan anak perih dan pedih
ini bangsa, atau ????
negeri apa kampung?
secuil senyum dalam tangis bocah
negeri adalah negeri mimpi
sehingga pemimpin-pemimpinnya adalah pemimpi
Senin, 31 Mei 2010
KULITI NEGERI INI SAJA
DAN KULITI NEGERI INI
HANYA SESUMPAK CERCA YANG KU SABDAKAN
PADA TARAF MISKINNYA MORAL
MAU KEMANA BANGSA INI
KALAU SEMUA
LAHIR DARI KETAMAKAN DAN KEMUNAFIKAN
HIDUP PADA MEMELAS
HINGGA MENJADI RAJA SLALU MEMERAS
AKU BERSUMPAH
ATAS SUMPAH SERAPAH KALIAN PADA KITAB SUCI
KU INGIN MENGUTUK KALIAN
MENJADI KATAK
BIAR KALIAN TAHU
KARENA KALIAN BANGSA INI
ADALAH BANGSA MELARAT DALAM MUNA
PUISI: DARI MATA TURUN KE HATI
Yaitu penyair mencoaba mengingat kembali atau menelusuri kembali proses awal dimana sebelum sang penyair meniti awal karir hingga menjadi seorang penyair.
B. Aktualisasi
Proses menjadi penyair atau sastrawan, sama sekali bukanlah faktor gen atau lingkungan keluarga, juga bukan faktor pendidikan (formal) yang diterima, melainkan lebih pada faktor lingkungan pergaulan dan usaha.
Bagi penyair atau sastrawan puisi adalah seatu misteri, yang indah. Pertama-tama ia tertangkap oleh pandangan, oleh mata lalu turun ke hati, dan menjelma sendiri menjadi puisi; entah anda harus menyimpan ataupun menjelmakan, ia tetaplah puisi, setidaknya bagi diri anda sendiri.
KH.Zainal Arifin Thoha, mengingatkan bahwa puisi hati, takkan mungkin lahir, jika tanpa refleksi (pemikiran) dan kontemplasi (perenungan).
C. Sosialisasi
Ibarat pohon: refleksi adalah akar, aktualisasi merupakan pohon, dan sosialisi adalah buahnya. Tatkala anda bersuara, pastilah anda menginginkan apa yang anda suarakan itu didengarkan oleh siapa yang anda tuju atau yang anda ingnkan. Dan tatkalah menulis puisi, adakalanya puisi itu ingn anda nikmati sendiri, dan tidak menginginkan orang lain mengetahui. Sebab barangkali, puisi tersebut menyangkut dengan hal-hal yang paling pribadi. Semacam aurat atau rahasia, yang hanya boleh diketahui anda sendiri. Bahkan anda menginginkan, Tuhan pun tak mengetahui. Namun pada sisi lain, anda mengingikan puisi itu dimuat oleh media massa dan dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang, sehingga orang lain memahami apa yang anda ingin sampaikan, dan pihak media memberikan honor yang sesuai.
Sosialisasi menjadi penting, sebab dengan begitusemangat anda untuk meningkatkan vitalitas dan produktifitas diri menjadi mungkin. Sebab tidak sedikit, mareka yang berangkat jadi penyair, namun karya-karyanya tak satupun dimuat oleh media massa, ia menjadi pasrah dan putus asa, atau malahan banting stir dan memutuskan diri untuk menekuni bidang bidang lain.
Dalam konteks sosilisasi ini diperlukan kerendahan hati ; untuk berdialog dan mengkritisi diri. Anda bisa melakukannya dengan banyak membaca karya-karya yang sudah diakui kualitasnya. Atau bisa pula anda mendatangi penyair yang sudah anda ketahui kualitas, lalu anda meminta komentar, kritik dan bimbingannya.sosialisasi pun ternyata membutuhkan upaya ekstra; sebagaimana hati ingin diterima oleh hati, dalam masalah cinta.
BARANUSA
Masih ku ingat dalam bayang yang terpancar
Senyuman mama papa dan opung bineng terbayang
Memberi ku pesona yang buatku melayang
Hingga kini ku tak lupa akan kisah
Tentang baranusa
Dari munaseli hingga manung silikokong
Nyiur melambai dari elang
Hingga menelisik baisong
Semuanya berirama dalam alunan gong yang trus berdentang
Ingin ku bercerita
Dalam irama kata
Tentang baranusa
Kota kenangan akan rasa
Temani asa walau terbalut rasa duka
Jauh dari baranusa membuat hati kuluka
Rindu kampung halaman
Penuh dengan getir rasa penuh harapan
berharap bisa kembali dengan senyuman
walaupun semua itu terbayang dalam lamunan
ku ingin kembali kembali bersama mareka
Kamis, 18 Februari 2010
SURGA RETAK DITELAPAK KAKI IBU
menatap ku pergi
hanya linangan kehancuran mencium jiwa
dewi apalah arti smua yang ku punya
tetapi jiwa dan mata ku telah menyebrangi jembtan murtad
sering ku pinta kabarnya!
Smua itu sirna tertiup sepoinya angin,
jujur bagai bumi dan langit kita brjauhan.
hati dewi hancur linangan mata air,
ketika kau datang sekedar pinta panjtkan doa restu,
malam bermuram durja,
tangisan dewi hanya bisa bersabda kau anak ku,
dan kini kau telah di sebrang yang tak mungkin bisa menyatukan kita.
smuanya hanya kuserahkan pada yang memberi.
PERJALANAN MIMPI
mengakhiri semua pengembaraan ku
sungguh jiwaku keluh
merontah dalam kebisingan waktu
ruh ku terperanjat tanya
apakah ini adalah akhir dari smua
mentari saja enggan disapa malam
aku tak bisa berdendang dengan sonar fikirku
mengalun luka hati demi kau
seribu syair kulantunkan
tapi apa ?
Aku merindukan dia..
Usai saja mimpi ini
esok akan ku lanjutkan
karena satu yang ku tahu dan mungkin alam pun tahu:
"karena cintalah yang membuat diri ini betah dan sesekali bertahan"
ssssttt.....
Jangan ganggu jiwaku yang sedang melukis ribuan senyumanmu di dalam detak jantungku.
REFLEKSI TUHAN HANTU
mungkin tak ada yang membayangkan
sederet tanya selalu menghujam
mungkin Aku lupa
bahwa hidup ini banyak ketakutan
setiap insan mencri keteduhan atas nama ilahi
walau terkadang ilahi tergadaikan Hantu
sekujur tubuh ini berseru "TUHAN ADALAH HANTU & HANTU ADALAH TUHAN"
Smuanya bisa salah tapi satu keyakinanku dalam hidup ada namanya kesenangan dan ketakutan.
TUHAN TAMENG DUSTA
pelupuk mata kabur tertutup kabut
lambaian pagi menyapa
sang surya tersenyum geli
ini puisi bukan pisau
yang siap membelah jantungmu
ini syair bukan syiar
yang mudah kau mengerti
dictator mengumbar janji dusta
diatas mimbar ketamakan
bersembunyi
di bawah ketiak demokrasi
berkibar
diatas panji-panji reformasi
bergandengan tangan dg tikus berdasi
mana.....!
Ikrar yang kau ucapkan
kini tuhan menjdi tameng dusta dan iblis fasilitator sejati
seribu sukma mengumbar sulbi
derajat bangsa tergadai
nurani terkungkung jeruji dusta
mister global tersenyum ria
tapi.....
Apakah ia kan selalu tersenyum??
Bila sukma berani menjawab dan nurani berkata jujur.
Pasti BHATARA YANG AGUNG kan menutup NERAKA.
ARTI ENGKAU
mencari cinta atas nama anugrah
walau tertatih kuharus berjuang
sungguh semua karena engkau yang kupandang
apalah raga
bila tak ada cinta yang terjaga
serasa hampa dan ruyam
sungguh tak pernah terbyng ku memujamu
setiap waktu diri ini terbayang akan parasmu
apa yang harus kulakukan untuk semua ini yang kutahu ku sangat mencintaimu
inilah gerangan mengapa ada suatu madah
ingin sekali ku ciptakan untukmu syair yang begitu indah
Seperti mawar
Bibirmu lebih berduri dari darahku
mengecupnya aku hilang tempat di bumi
aku pun terbang ke nirwana
Terurai dalam panas parasmu bulan purnama
Lalu disaat langit bertabur cahaya
bayang-bayangmu kembali menyusut
sesatkan aku pada terowong tanpa ujung
(lagi…)
Oleh Yoseph Lagadoni Herin
TATKALA membaca tulisan Gusty Fahik di harian ini (PK, 17/12/2008) bertajuk "Membangkitkan Sastra NTT (Kado Prematur Buat NTT di Usia Emasnya)", saya teringat Laurens Olanama. Pesan yang dikumandangkan Gusty Fahik, dalam nada yang sama pernah disampaikan Olanama dalam sebuah artikelnya awal tahun ini, di sebuah media lokal.
Kala itu Olanama menulis tentang sahabatnya, Eskoda, yang meninggalkan tembok biara demi panggilannya memperisterikan sastra dan idealisme membumikan sastra di Flores. Eskoda mati muda sebelum impiannya terwujud. Pada akhir tulisannya, Olanama menulis, "Kini setelah empat tahun kematiannya, tak ada tanda kebangkitan (sastra Flores) yang berarti. Seperti ingatan yang kabur tentang kapan meninggalnya seorang Eskoda!"
Siapa Eskoda? Hanya orang-orang dekat mengenalnya sebagai penyair muda dengan segudang idealisme. Saya harus membongkar koleksi Seri Buku VOX akhir tahun 1990-an untuk mencari tahu siapa sesungguhnya Eskoda. Dalam VOX Seri 43/4/1999 saya menemukan Eskoda adalah nama media Siprianus Koda Hokeng. Juga puisinya: Doa Sang Prajurit (Buat Para Pahlawan Reformasi). Hanya satu puisi yang ditemukan. Tapi puisi sepanjang sepuluh bait itu menunjukkan secara tegas kualitas kepenyairan Eskoda. Jempolan!
Gaya menulisnya mirip sang idola, Chairil Anwar. Demikian pun garis hidup. Dia juga 'binatang jalang, dari kumpulan yang terbuang.' Chairil memilih menjadi binatang jalang dan terbuang dari keluarga inti di Sumatera setelah menolak ajakan sang ayah pulang ke Medan. Selain karena kecewa dengan ayah yang mengkhianati sang ibunda dengan menikah lagi, Chairil sedang mabuk asmara dengan seorang gadis Betawi. (Puisi 'AKU' yang kesohor itu ditulis dalam suasana bathin seperti ini, sehingga 'AKU' juga bisa dibaca sebagai perlawanan Chairil terhadap ayahnya). Eskoda menampik ajakan teman untuk tetap bertahan di jalan imamat. Ia mantap memilih jalan sunyi, menyusuri lorong kata-kata demi membumikan sastra di Nusa Nipa. Keduanya pun mati muda. Chairil dirongrong TBC, Eskoda mati dalam kecelakaan lalulintas.
Tapi, sekali lagi, siapakah Eskoda dalam pentas sastra Nusantara? Apakah publik secara luas mengenalnya sebagai penyair muda penuh bakat? Mungkin hanya para frater Ledalero zaman itu! Demikian pun sejumlah nama yang saya temukan dalam Seri Buku VOX seperti Laurens Olanama, Stef Tupeng Witin, Paschal Semaun, Polce Hokeng, dan Rafael Gawi Lonek. Puisi-puisi mereka bernas, penuh daya pukau dan berbobot. Tapi karya-karya mereka tak pernah terbaca di atas cakrawala sastra Indonesia nan maha luas karena hanya dikonsumsi komunitas lokal.
Ketika berada di Jakarta awal Desember silam, saya bertemu sahabat lama. Ia penyuka sastra, piawai menulis puisi dan cerpen. Kini wartawan Kompas. Kala membaca beberapa puisi saya (yang terekam di handphone), dia sontak bertanya: mengapa tidak dikirim ke Kompas? Saya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa sudah dimuat di Pos Kupang. Dia terdiam sesaat sebelum melanjutkan dengan kalimat tandas, tanpa basa-basi, "Jika ingin dikenal dalam dunia sastra Indonesia, harus berani keluar NTT, diekspos di media nasional. NTT terlalu jauh dari Jakarta, Pos Kupang terlalu kecil untuk Indonesia."
Hemat saya, di sinilah inti soal yang mencuatkan kekhawatiran Gusty Fahik akan tiadanya sastrawan NTT yang mencatatkan namanya dalam belantara sastra Indonesia. Sastra NTT tidak pernah mati. Ia terus hidup dan menggeliat. Karenanya kata 'membangkitkan' rasanya kurang pas. Yang perlu dilakukan sekarang adalah 'mengenalkan'. Caranya dengan membuka ruang lebih luas agar karya-karya sastra NTT bisa menjadi konsumsi nasional.
Nama-nama seperti Umbu Landu Paranggi, Dami N Toda, Gerson Poyk, dan Yulius Siyaranamual adalah sastrawan-sastrawan NTT yang pada zamannya berkarya langsung di pusaran sastra Indonesia di Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta (baca: Jawa). Mereka mempublikasikan karya-karya mereka di media nasional, aktif dalam forum-forum sastra nasional bersama sastrawan Nusantara lainnya, serta menerbitkan antologi puisi, cerpen ataupun novel karya mereka. Tambahan lagi, selalu ada upaya saling membesarkan di antara para sastrawan.
John Dami Mukese tidak mengalami kehidupan sebagaimana para seniornya. Dia hidup dan berkarya di balik tembok biara. Tapi karyanya dikenal luas karena sering mempublikasikannya di media massa nasional. Puisi-puisinya dari Filipina pernah menghiasi halaman Kompas. Dia juga menerbitkan sejumlah antologi puisi. Karenanya dikenal luas. Maria Mathildis Banda pun demikian. Nama yang cukup dihormati kalangan sastrawan muda Bali ini pun tidak pernah berada di pusat sumbu kehidupan sastra Indonesia. Dia berkembang sebagai sastrawan ketika belajar di Fakultas Sastra Unud Denpasar. Namanya dikenal luas karena rajin mempublikasikan dan menerbitkan novel-novelnya, terakhir novel Surat Dari Dili hangat dibicarakan.
Tak ada lagikah sastrawan muda NTT pasca nama-nama di atas? Viktus Murin dan Mezra Pellandou di awal 1990-an pernah menjuarai lomba menulis puisi antarmahasiswa Indonesia. Mezra Pellandou masih terus berkarya. Sejumlah cerpennya masih menghiasi halaman media nasional di Jakarta, termasuk Jurnal Cerpen Indonesia. Cerpennya, Manusia-manusia Jendela meraih juara pertama Lomba Menulis Cerpen Indonesia bagi Guru Sastra se-lndonesia. Namanya tercatat sebagai pengurus Komunitas Cerpen Indonesia (satu-satunya dari NTT). Terakhir dia juga mulai menerbitkan novel-novelnya. Loge, misalnya, novel berlatar belakang bumi Merapu, Sumba.
Di manakah Viktus Murin? Setelah terjun ke dunia politik nyaris tidak terdengar lagi kiprahnya di dunia sastra. Nasibnya sama dengan sejumlah nama yang ditemukan dalam Seri Buku VOX. Mereka punya potensi besar menjadi penyair. Namun setelah tenggelam dalam kesibukan kerja sehari-hari, tidak lagi berkarya kreatif. Kalaupun masih menulis, jarang mempublikasikannya. Atau, hanya lewat media-media komunitas sehingga tak pernah dikenal luas. Saya yakin, masih banyak nama lain yang tenggelam sebelum berkembang. Mereka 'mati muda' di dunia sastra. Kenyataan ini dikeluhkan sastrawan senior NTT, Felycianus Sanga. Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Undana Kupang ini mengeluh karena banyak mahasiswa yang pernah dibimbing tidak lagi bergelut dengan sastra setelah tamat. Padahal mereka punya potensi luar biasa.
Setelah generasi Mezra, kini muncul sejumlah sastrawan muda. Mereka 'berani' menerbitkan antologi puisi. Misalnya Bara Pattyradja, Jefta Atapeni, Charlemen Djahadael, dan Abdul M Djou. Dalam usia belum genap seperempat abad, mereka sudah rajin mengikuti pertemuan-pertemuan sastrawan tingkat nasional. Terakhir Oktober silam, berempat hadir dalam forum Temu Penyair di Lembang, Bandung.
Dari forum tersebut, puisi-puisi Abdul M Djou dan Charlemen Djahadael bergandeng dengan karya penyair besar semacam Izbedy Setiawan ZS, Inggit Putria Marga, Ahmadun Yosi Herfanda, Dian Hartati, Dorothea Rosa Herliany, Dina Oktaviani, Iman Budhi Santosa, Sindhu Putra dan lain-lain dalam antologi bersama Tangga Menuju Langit. Sedangkan nama Bara Pattyradja dan Jefta Atapeni juga bersanding bersama sastrawan besar semacam Beni Setia, Arip Senjaya, Triyanto Triwikromo dan lain-lain dalam antologi cerpen bersama Sebelum Meledak.
Demikianlah. Sastra NTT tetap hidup dan menggeliat. Tapi suaranya tidak pernah kedengaran sampai di Jakarta karena hidup ibarat katak dalam tempurung. Yang perlu dilakukan adalah 'mengenalkan' karya-karya sastra NTT. Ini tugas bersama. Baik sastrawan, media massa dan lembaga penerbitan, serta uluran tangan pemerintah daerah. *
*) Yosni Herin, Mantan wartawan, penyuka sastra dan Wakil Bupati Flores Timur
Opini Pos Kupang 6 Januari 2009, halaman 14
Rabu, 10 Februari 2010
KAMPUS ATAU KAMPUNG
Waktu saja ku cumbu
Menyiasati sepi pada sulbi
Menampik keadaan di ruang detik
Mengejar cita pada kesengan dunia
Bahkan sifat kedesaan ku pun termaktub
Saat pengembaraan perintah tuhan
Diistana tuhan kujadikan rumah
Dengan segala kepolosan ku
Cibiran yang sering ku lontar
Larangan dari keharibaan tuhan
Pun sabdakan
Segalah macam ayat-ayat binatang
Ku tuturkan
Anjing
Babi
Kea
Monyet
Terkadang aku memang nabi
Menjadikan rumah tuhan
Seperti rumaku yang reot
Sehingga seenaknya mencumbu perintah tuhan
Dalam pengelanaan ku menjadi tuhan
Hingga ku giring Manusia Menjadi Nabi
Tetap saja !!!!!!
sifat kedesaan ku pun termaktub
Diistana tuhan mareka jadikan rumah
Dengan segala kepolosan
Cibiran yang sering di lontar
Larangan dari keharibaan tuhan
Pun sabdakan
Segalah macam ayat-ayat binatang
Ku tuturkan
Anjing
Babi
Kea
Monyet
Bahkan sifat kedesaan pun termaktub
Di rumah tuhan.
CRISTO RHEI
Nama ku Ahmad
Aku bersahabat
dengan markus, yohanes, rama dan shinta
seperti surya yang setia bersahabat dengan mega dan bumi
dalam darah ku ada markus, yohanes, rama dan shinta
itulah negeriku berbaur antar suku etnis budaya dan agama
Nama ku Ahmad
Lahir diantara samudra keagamaan
Merangkak
Tertatih-tatih diatas bumi
Tubuh ku nusantara
jiwaku tertambat di Timor
darahku samudra nusantara
senyumku nyiur melambai
fikiranku setajam karang Timor
jari-jemariku
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha
aku hidupkan
sosok Tuhan dari jemariku
membuatNya terenyum
berdiri kokoh ditanah Timor
Ahmad
Aku bersahabat
dengan markus, yohanes, rama dan shinta
sejuta senyuman terpancar di negeriku
itulah negeriku berbaur antar suku etnis budaya dan agama
nama ku Ahmad
tubuhku kecil
karena sangat kecil
yang terlupakan dimuka bumi
aku lahirkan
wajah Tuhan dengan senyum
tubuh kokoh
berdiri diatas bola dunia
menatap lautan dengan senyuman
memberi berkah
pada pesisir Timor
Nama ku Ahmad
aku hidupkan sosok Tuhan
dengan senyuman
melampaui jagad raya
Ahmad
tubuhku kecil
karena aku sangat kecil
dimata sang pencipta
!!!
Senin, 08 Februari 2010
CERITA TENTANG YENI.R.T
Cerita tentang engkau
Sudah setahun
Aku mencoba menyelami jiwamu
Tak ada rasa keluh dan sesal di hatiku
Semakin ku mengagumi mu
Semakin membuatku
Untuk bercerita tentang mu
Kau ajari aku tentang perasaan
Kau ajari aku tentang kata yang membuat luluh setiap yang mendengar
Kau ajari aku tentang makna hidup
Kau ajari aku tentang waktu
Kau ajari aku
Dari apa yang tak pernah kulakukan dalam hidupku
Kau ajari aku untuk mengenal ilahi
Karena engkau
Aku dapat mengerti
Dan kan selalu
Berceita tentang mu
Karena kau telah mengajariku
Supaya aku selalu ada
Dan selalu ada
Demi bercerita tentang mu
Karena kau ajari aku.
DEMI WAKTU
Luka
Bayang
Meringsek sukma
Buaian bunda
Menatap aulia
Semilir harap
Membawa senyum
Aku ingin hidup dan selalu hidup
Bersama aulia
Bukan sepi yang ku pinta
Bukan doa yang dimunajatkan
Tapi semua itu
Demi hidup besama an’nur
Meski peluh melumuri tubuhku
Aku tetap
berlari
Hingga waktu
Tak pernah berputar.
BANGSA INI BUKANLAH MILIK KAMI
Negeri ini untuk mu
Bukan mili kami
Kaum pinggiran
Kami hanya bisa bernapas
Tapi tak bisa untuk bergerak maju
Berdendang di panggung
Karena negri ini adalah milikmu
Kaum mayor
Tapi bukan buat kami
Kami kaum minor
PENGELANA FIRDAUS
For you my brother TYO
Seperti temaram
Rembulan menemani malam
Tawa riang bintang
Bersorai mengalunkan rima
Ada saja
Kata membuat seurat senyum
Demi tarian rima
Kau dan aku berkelana dalam irama
Memburu protes
Pada waktu
Menunjukan jiwa
Karena kita ada
Ada saja tarian alfabetis
Merangkai senyum diwajah kita
Seprti mentari
Bangunkan dunia
Pada mahligai
Yah!!!!!!
Ituulah temaram hidup
Meratapi waktu
Bermain dalam lautan rima
Kau adalah malaikat
Dalam jiwamu ada kudus
Kata-kata mu adalah sabda
Melahiran bunda dari nafasmu
Kau malaikat
Dalam tubuhmu menglir darah sepeti kami
Senyuman mu
Melampau pantai jawa
Menyisiri
Ambon kiser
Flores
Sumba
Timor
Alor dan sabu
Senyum mu
Memabukan jiwa larut dalam sajak kerawang bekasi
Yang pernah kau bisikan
Di tepi firdaus untuk kami
Sabda mu
Mengajarkan kami
Hidup seperti siwalima
Meneguk patika dalam endus waktu
Senyum
brother…….
you my hero
You my angel
For us
TYO
PENGELANA FIRDAUS
PENGELANA FIRDAUS
For you my brother TYO
Seperti temaram
Rembulan menemani malam
Tawa riang bintang
Bersorai mengalunkan rima
Ada saja
Kata membuat seurat senyum
Demi tarian rima
Kau dan aku berkelana dalam irama
Memburu protes
Pada waktu
Menunjukan jiwa
Karena kita ada
Ada saja tarian alfabetis
Merangkai senyum diwajah kita
Seprti mentari
Bangunkan dunia
Pada mahligai
Yah!!!!!!
Ituulah temaram hidup
Meratapi waktu
Bermain dalam lautan rima
Kau adalah malaikat
Dalam jiwamu ada kudus
Kata-kata mu adalah sabda
Melahiran bunda dari nafasmu
Kau malaikat
Dalam tubuhmu menglir darah sepeti kami
Senyuman mu
Melampau pantai jawa
Menyisiri
Ambon kiser
Flores
Sumba
Timor
Alor dan sabu
Senyum mu
Memabukan jiwa larut dalam sajak kerawang bekasi
Yang pernah kau bisikan
Di tepi firdaus untuk kami
Sabda mu
Mengajarkan kami
Hidup seperti siwalima
Meneguk patika dalam endus waktu
Senyum
brother…….
you my hero
You my angel
For us
TYO
PADOA
semenjak waktu rasa ada
bejumpa kalbu anyelir pilu
minag-miang rindu
menabur kasih tubuh sepi
riang-riang safana menyanyikan sabda bumi
Tak ada kata yang mengukir jiwa dengan mahligai cinta
Searas sunyi tapaki jiwa kehampaan hati
Luka kalut tawa
mengukir nestapa enggan bersujud
ah duka
kaukah api yang menyuluh rindu
tapaki jiwa kehampaan hati
luluh hari dengan luka
kata menyisak rindu perih
sepenggal asah pedihnya muram
rindu nestapa
pilu perawan dengan durja
singgah terlelap pada tawa tabu
bisikan waktu
di negeri perawan
memanggil khalifah
mencumbu senyum
leleh waktu menutupi mata
Pagi itu aku kaku
Terengah mentari menyusut
Antara raijua dan mesara
Sukma apa yang kau pancarkan
Dibalik teduh tiris matamu
Apakah hamparan nyiur melambai
Yang mengiris jiwamu
Ataukah lautan donahu
Memberi berkah
Dari peluh tertatih merangkak pada aras
Ataukah padoa
Membuatmu lupa akan dunia
Antara raijua dan mesara
Atulkah kah nawweni
Membuatmu peluh
Tuk beranak pinak
Menghsilkan malaikat
Menabu kasih
Membelai senyumam nawwenni
Di negeri perawan.
RINDU ANAK KARANG
!!!
RINDU ANAK KARANG
Memanjati malam
riang sunyi
menabur dawai
harpa tangis menyulut harap
engkaulah sunyi
dalam kalut sepi
engkau
membawa Tanya
dalam kebisingan gulana
kabar apa yang ingin kau bisikan
pada lelaki paruh baya ini
seteguk indu
secawan sulu menerangi hati
ataukah
seungguk perasaan
agar istal sulbi meramu kata pada ilahi
tubuh ini hanya diam
panjati malam
melahirkan anak karang
dibawah sulbi
meraung rindu
!!!